“PROF.AKRONIM” Dadan AHMAD Sundayana, IPhMA.

IC FILTER 2I2AUNHAJSETDUPAL
( Salah RESPECT Kepada Siapapun Manusianya Akan Buruk Akibatnya, Seleksilah Salah Satunya Terkait Palestina )

Inspirasi dari saat-saat penulis belajar di Sekolah Teknologi Menengah Negeri ( STMN ) 2 Bandung ( sekarang namanya SKMN 4 Bandung ) dan dikuatkan ketika menempuh S1 di Sekolah Tinggi Teknologi Mandala ( STT Mandala ) Bandung pada Jurusan Teknik Elektro Sub Jurusan Sistem Komputer.

Tentang sebuah komponen elektronika yang pasti hampir sebagian besar orang bahkan yang tak belajar elektronika juga kenal yaitu IC yang merupakan akronim dari Integrated Circuit.

Sejarah IC dimulai pada tahun 1958 ketika Jack Kilby dari Texas Instruments menciptakan sirkuit terintegrasi pertama. Kemudian, Robert Noyce dari Fairchild Semiconductor mengembangkan versi yang lebih praktis dengan memperkenalkan konsep sirkuit terintegrasi berbasis silikon. Penemuan ini telah memberikan fondasi untuk revolusi teknologi modern.

Integrated Circuit (IC), atau yang dikenal juga sebagai chip semikonduktor, telah membawa revolusi besar dalam dunia teknologi. Integrated Circuit (IC) adalah sebuah komponen elektronik yang mengandung ribuan bahkan jutaan transistor, resistor, dan kapasitor yang dibuat dalam ukuran mikroskopis pada sebuah bahan semikonduktor. Semua elemen ini diatur sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai rangkaian elektronik tunggal.

Hal-hal lebih lengkap tentang IC bisa pembaca cari di berbagai media baik online maupun offline.

Yang ingin penulis sampaikan terkait tulisan ini adalah salah satu keunggulan fungsi IC yang memiliki keandalan sebagai Filter atau penyaring yang dapat membersihkan atau menjaga suatu perangkat dari gangguan-gangguan yang dapat merusak perangkat yang dibuat.

Maksud filter tentunya agar perangkat bisa berfungsi sebagaimana mestinya sesuai dengan maksud dibuatnya perangkat tersebut.

Manusia ibarat sebuah perangkat yang harus berfungsi sesuai dengan maksud Yang Maha Pencipta Alloh SWT sebagai pencipta manusia.
Dalam menjalankan fungsinya seringkali malah tidak sesuai atau bahkan malah rusak karena tidak bisa menyaring gangguan-gangguan yang datang.

Gangguan itu salah satunya adalah karena tidak bisa menyaring bagaimana harus bersikap terhadap manusia yang lain dalam berinteraksi yang pasti tidak akan bisa lepas dari proses berjalannya kehidupan.

Lebih spesifik lagi yaitu ketika salah dalam memberikan RESPECT atau Rasa Empati yang diSertai PEnghormatan yang diiringi keCenderungan menjadikannya sebagai Teladan atau panutan yang setiap tingkah lakunya ditiru dan setiap kata-katanya dijadikan panduan hidup.

Ya, karena salah memberikan RESPECT banyak orang yang mengalami keburukan-keburukan dalam hidup sekurang-kurangnya dilanda kebingungan yang tak ada ujungnya.

Maka agar tidak terjadi hal seperti itu, orang beriman atau Mu’min harus memiliki filter atau penyaring yang menyeleksi setiap orang yang berinteraksi dengannya, dimana filter ini harus merupakan keterpaduan semua potensi didalam diri yang diberikan oleh Alloh SWT serta ilmu yang diperoleh dari hasil belajar tentang bagaimana seharusnya seorang Mu’min berinteraksi dengan sesama manusia siapapun orangnya ( Hablum Minannaas ).

Ya, filter yang terpadu sebagai pembanding terhadap siapapun manusianya ketika berinteraksi agar tidak salah memberikan RESPECT agar terhindar dari keburukan-keburukan yang bisa saja terjadi akibat dari interaksi tersebut.

Sebagaimana halnya IC yang merupakan perpaduan dari berbagai macam komponen dengan berbagai fungsinya yang menjadi keunggulannya dan salah satu fungsinya sebagai filter, maka dalam berinteraksi dengan siapapun sekurang-kurangnya seorang Mu’min harus memiliki INTEGRATED COMPARATOR FILTER atau IC FILTER dengan spesifikasi 2I2AUNHAJSETDUPAL, kita sebut saja dengan IC FILTER 2I2AUNHAJSETDUPAL.

Yang penerapannya didalam interaksi dengan sesama manusia, yaitu :

INTuisi atau penilaian secara Emosional boleh dijadikan sebagai pembuka Gerbang awal, namun RAsionalitas atau pertimbangan logis harus selalu dikedepankan agar TEpat terarah atau meminimalisir agar sekecil mungkin terjadi kesalahan Dalam menCurahkan atau Olah perasaan simpati atau benci untuk Memperlakukan orang siapapun itu dengan Predikat Apapun yang menempel pada dirinya secara RAsional dan proporsional bukan berdasarkan siapa ( latar belakangnya ) atau apa predikat dan sebutan yang disandangnya tetapi apa yang Telah dan atau dilakukan ( amal serta sepak terjang ) ORang tersebut, terutamanya harus berfungsi sebagai Furqon atau pembeda yang menjadi penyaring atau alat seleksi terhadap siapapun Individu dengan berbagai Latar belakang diri agar TEpat dalam memberikan RESPECT atau Rasa Empati yang diSertai PEnghormatan yang diiringi keCenderungan menjadikannya sebagai Teladan atau panutan yang setiap tingkah lakunya ditiru dan setiap kata-katanya dijadikan panduan hidup.

Dengan poin-poin pertimbangan sekurang-kurangnya :

Iman
Iman, tentu saja ini poin paling penting sebagai seleksi awal bagi Mu’min menilai seseorang dalam berinteraksi.
Iman adalah pengikat orang-orang Mu’min sebagai saudara yang berlaku tanpa batas wilayah atau teritorial di seluruh dunia dan tanpa batas waktu mulai dunia hingga akhirat.

Alloh SWT berfirman :

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

” Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Alloh, supaya kamu mendapat rahmat.”
( Q.S. Al Hujuroot : 10 )

Jelas dinyatakan bahwa orang-orang beriman adalah saudara, bahkan jika kita perhatikan pada kata ikhwatun yang artinya saudara dengan ujung kalimat diakhiri dengan huruf Ta Marbuthoh atau huruf Ta yang berbentuk cincin menunjukkan bahwa persaudaraan antara orang-orang beriman ibarat saudara kandung bahkan lebih karena ibarat cincin yang tak ada celahnya maka persaudaraan itu berlaku tanpa batas selama masih sama-sama beriman walaupun bukan satu nasab bahkan tidak saling kenal secara langsung bertatap muka.

Perhatikan juga sabda Rosuululloh Muhammad SAW :

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik rodhiyalloohu ‘anhu, pembantu Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shollalloohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
[HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45]

Bagaimana seharusnya bersikap dengan sesama orang beriman atau setidak-tidaknya mengaku masih beriman..???

Perhatikan sebagai berikut :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

” Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Alloh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Alloh, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Alloh Maha Luas (pemberianNya), lagi Maha Mengetahui.”
( Q.S. Al Maa-idah : 54 )

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًۢا

” Muhammad itu adalah utusan Alloh dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Alloh dan keridhaanNya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurot dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Alloh hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Alloh menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang sholih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”
( Q.S. Al Fath : 29 )

Jelas sekali perintah Alloh SWT agar berkasihsayanglah dengan sesama Mu’min, inilah penilaian penilaian awal kita kepada seseorang sebelum lebih jauh lagi memberikan RESPECT.

Lalu bagaimana sikap kita terhadap orang-orang kafir diluar Islam…???

Dalam hal ini Rosuululloh Muhammad SAW memberikan panduan,

أَلَا مَنْ ظَلَمَ مُعَاهَدًا، أَوِ انْتَقَصَهُ، أَوْ كَلَّفَهُ فَوْقَ طَاقَتِهِ، أَوْ أَخَذَ مِنْهُ شَيْئًا بِغَيْرِ طِيْبِ نَفْسٍ، فَأَنَا حَجِيْجُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Ingatlah, siapa yang mendzalimi seorang kafir mu’ahad, merendahkannya, membebaninya di atas kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya tanpa keridhaan dirinya, maka saya adalah lawan bertikainya pada hari kiamat”
( H.R. Abu Dawud, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’).

Kafir Mu’ahad adalah orang-orang diluar Islam yang terkait dengan perjanjian damai atau kerjasama dengan Ummat Islam dan mau hidup berdampingan dengan memenuhi segala ketentuan dan norma-norma atau adab-adab yang berlaku.

Dari keterangan diatas, cukup menjadi panduan bagi kita untuk bersikap kepada orang kafir.

Ilmu
Ilmu menjadi poin berikutnya sebagai sarana untuk menentukan sikap kita kepada seseorang, karena ilmu juga yang dapat membedakan derajat seorang manusia dengan manusia yang lainnya.

Alloh SWT berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

” Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
( Q.S. Al Mujaadalah : 11 )

Alloh SWT meninggikan derajat orang-orang berilmu beberapa derajat, itu artinya kita boleh memberikan RESPECT kepada orang-orang yang berilmu.

Amal
Amal seseorang juga akan menjadi penentu bagi kita memberikan RESPECT kepadanya, karena amal inilah yang menjadi salah satu indikator dari pembuktian Iman yang diakuinya dan Ilmu yang dimilikinya.
Perhatikan amalnya jika akan menjadikan seseorang sebagai panutan.

Standar amal yang harus dilakukan oleh seorang Mu’min dan menjadi standar pula dalam menilai dan menjadikan seseorang sebagai panutan adalah AHSANU ‘AMALAA.

Perhatikan firman Alloh SWT,

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

” Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya ( AHSANU ‘AMALAA ). Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
( Q.S. Al Mulk : 2 )

Apakah yang dimaksud AHSANU ‘AMALAA ..???

Secara sederhana AHSANU ‘AMALAA yaitu.. Alloh SWT menjadikan Hal ini sebagai Sebab dan Alasan atau dengan Nama lain sebagai Ujian yang karenanya Alloh SWT menciptakan MAut atau kematian dan kehidupan, inilah yang harus diLakukan sebagai pembuktian Apakah diri kita termasuk mu’min sejati Atau sekedar pengakuan diri yang belum tentu mendapat legalitas dari Alloh SWT…

AHSANU AMALAA adalah amal terbaik yang harus dilakukan selama hidup di dunia agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Lebih sederhana lagi AHSANU ‘AMALAA adalah perbuatan atau amal yang tidak melanggar nilai-nilai Al Qur’aan dan mengikuti arahan Rosuululloh Muhammad SAW, serta bersandar kepada para pewarisnya yang terpercaya dalam melaksanakannya.

Jadi kita boleh bahkan harus RESPECT kepada orang yang beramal sesuai standar AHSANU ‘AMALAA.

Akhlaq
Akhlaq seseorang juga menjadi poin seleksi layak atau tidaknya kita berikan RESPECT kepadanya.

Hadits berikut ini cukup untuk menjadi pedoman,

Dari ‘Abdulloh bin ‘Umar rodhiyallohu ‘anhuma, Rosuululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ , و المهاجِرَ مَنْ هَجَرَ مَا نهَى اللهُ عَنْهُ

“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Alloh .”
( H.R. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40 ).

Dan dalam riwayat Tirmidzi dan An Nasa’i,

و المؤمن من أمنة الناس على دمائهم و أموالهم

“Seorang mu’min (yang sempurna) yaitu orang yang manusia merasa aman darah mereka dan harta mereka dari gangguannya.”

Dan tambahan dalam riwayat lain,

و المجاهد من جاهد نفسه في طاعة الله

“Dan yang disebut dengan orang yang berjihad adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketaatan kepada Alloh .”

Seorang Muslim adalah seseorang yang orang lain terutama Muslim lainnya merasa aman dan nyaman dengan keberadaannya, karena keberadaannya membawa manfaat bagi orang lain.

Hal ini sesuai pula dengan hadits Rosuululloh Muhammad SAW,

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »

“Dari Jabir, ia berkata : ”Rosuulullo h SAW bersabda, : ” Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.”
( H.R. Thobroni dan Daruquthni).

Dengan ini maka jika ada orang yang keberadaannya membawa manfaat maka boleh kita berikan RESPECT.

Usia
Usia seseorang poin berikutnya sebagai pertimbangan dan seleksi kita untuk memberikan RESPECT kepadanya.

Terkait usia, perhatikan sebagai berikut :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَكْرَمَ شَابٌّ شَيْخًا لِسِنِّهِ إِلَّا قَيَّضَ اللَّهُ لَهُ مَنْ يُكْرِمُهُ عِنْدَ سِنِّهِ

“Dari Anas bin Malik RA. ia berkata: Rosuululloh SAW bersabda: “Tidaklah seorang pemuda menghormati orang yang tua karena umurnya melainkan Alloh akan menjadikan untuknya orang yang menghormatinya karena umurnya (di masa tuanya).”
( H.R. Imam Tirmidzi )

Rosuululloh Muhammad SAW bersabda:

أَمَرَنِي جِبْرِيلُ أَنْ أُقَدِّمَ الأَكَابِرَ

“Jibril memerintahkan aku untuk mengutamakan orang-orang tua”
( H.R. Abu Bakr Asy Syafi’i )

عن ابن عباس – رضي الله عنها – عن رسول الله r قال: «ليس منَّا من لم يوقِّر الكبير, ويرحم الصغير, ويأمر بالمعروف وينهى عن المنكر». [رواه أحمد والترمذي وابن حبان في صحيحه].

“Dari Ibnu Abbas semoga Alloh meridhai keduanya, dari Rosuululloh Sholallohu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata: “Bukan termasuk dari kami (1) orang yang tidak menghormati yang lebih tua(2), dan tidak menyayangi yang lebih kecil (3), serta orang yang tidak memerintah pada kebaikan dan mencegah perbuatan munkar.”
( H.R. Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban ).

Ya’qub bin Sufyan rohimahulloh berkata, yang artinya; “Telah sampai kepadaku kabar bahwa Al Hasan dan Ali, anaknya Sholih, adalah dua anak yang kembar; Al Hasan lahir sebelum Ali. Tidaklah Al Hasan dan Ali duduk bersama di sebuah majelis kecuali Ali duduk lebih rendah daripada Al Hasan; dan tidaklah Ali berbicara ketika Al Hasan berbicara apabila keduanya berada dalam satu majelis.”
( Al-Khothiib Al Baghdaady dalam Al Jaami’ li Akhlaaqi Ar Roowii wa Aadaabi As Saami’ no: 252 ).

Dari keterangan-keterangan diatas jelas sekali kalau seseorang yang lebih tua usianya layak untuk diberikan RESPECT bahkan jika saudara kembar sekalipun tetap berlaku yang lahir lebih dulu harus lebih dihormati oleh yang lahir kemudian.

Nasab
Nasab atau latar belakang keturunan dan keluarga tentunya menjadi bahan pertimbangan juga bagi kita untuk memberikan RESPECT kepada seseorang.
Dan ini sudah menjadi hal yang lumrah tentunya dalam adat istiadat dan Islam pun mengajarkan demikian.

Dalam kebiasaan atau adat istiadat, latar belakang keluarga pasti menjadi suatu ukuran dalam memberikan RESPECT yang berlaku untuk siapapun yang terkait dengan keluarga yang bersangkutan bahkan suatu saat bisa menjadi suatu benteng perlindungan bagi seseorang dari gangguan orang lain.
Contoh kecil, seseorang akan dihormati oleh orang lain di sekitarnya karena dia adalah keturunan atau bagian dari keluarga seseorang yang dihormati oleh orang-orang disekitar itu, atau bahkan jika orang itu melakukan sesuatu yang bermasalah di lingkungan sekitar maka orang-orang di sekitar itu akan sungkan memberikan tindakan karena memperhitungkan latar belakang keluarganya.

Secara syari’at, tentunya ada nasab yang menjadi standar tertinggi sebagai ukuran untuk kita memberikan RESPECT, nasab yang tidak terputus sampai Hari Kiamat yaitu nasab Rosuululloh Muhammad SAW.

Tentang hal itu, mari kita perhatikan sebagai berikut :

كُلُّ سَبَبٍ وَنَسَبٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَنْقَطِعُ , إلَّا سَبَبِي وَنَسَبِي

“Semua sebab dan nasab akan terputus pada hari Kiamat kecuali sebabku dan nasabku”
( H.R. Thobari dalam Mu’jam Kabir 3/129/1, Harowi dalam Dzammul Kalam 2/108. Syaikh Al-Albani berkata dalam Ash-Shohihah 5/64 : Kesimpulannya, hadits ini dengan keseluruhan jalan-jalannya adalah shahih )

Nasab yang tersambung kepada Rosuululloh Muhammad SAW disebut sebagai Ahlul Bait dan nasab Ahli Bait/Ahlul Bait merupakan nasab yang mulia, karena mereka terlahir dari keturunan orang-orang pilihan, manusia terbaik yang ada di muka bumi. Namun kemuliaan nasab ini janganlah membuat kita lupa daratan kepada mereka, semisal terlalu berlebihan alias ghuluw atau menganggap mereka ma’shum dari dosa, dan lain-lain.
Karena keistimewaannya bukan sekedar karena mereka merupakan nasab dari Rosuululloh Muhammad SAW tetapi lebih karena keberlanjutan dakwah Rosuululloh Muhammad SAW ada di pundak mereka melebihi daripada manusia yang lain yang dengan itu Alloh SWT ingin mensucikan mereka sesuci-sucinya sebagai penghormatan kepada Rosuululloh Muhammad SAW.

Alloh SWT berfirman,

 ۗاِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًاۚ

“ … Sesungguhnya Allah bermaksud untuk menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”
( Q.S Al-Ahzaab : 33 )

Dan juga terkait wasiat Rosuululloh Muhammad SAW,

Imam Muslim telah meriwayatkan dari jalan Yazid bin Hayyan dia berkata : Aku pernah pergi bersama Husain bin Sabroh dan Umar bin Muslim menuju rumah Zaid bin Arqom Rodhiyallohu ‘anhu. Tatkala kami telah duduk di sisinya, Husain berkata : “Wahai Zaid, sungguh engkau telah meraih kebaikan yang banyak, engkau telah melihat Rosuululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam mendengar hadits-hadits beliau, pernah berperang bersama beliau, dan shalat dibelakang beliau. Sungguh engkau telah meraih kebaikan yang banyak, ceritakanlah kami hadits Rosuululloh Shollallahu ‘alaihi wa sallam wahai Zaid!”. Zaid Rodhiyallohu ‘anhu menjawab : “Wahai anak saudaraku, demi Alloh aku sekarang sudah tua, masaku telah lewat, aku pun telah lupa sebagian yang aku hafal dari Rosululloh Shollallohu ‘alaih wa sallam maka apa yang aku ceritakan kepadamu terimalah, dan apa yang tidak aku ceritakan maka janganlah kalian mebebaniku”. Kemudian Zaid berkata :

قَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فِينَا خَطِيبًا، بِمَاءٍ يُدْعَى خُمًّا بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، وَوَعَظَ وَذَكَّرَ، ثُمَّ قَالَ: ” أَمَّا بَعْدُ، أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبَ، وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ: أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللهِ، وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ ” فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللهِ وَرَغَّبَ فِيهِ، ثُمَّ قَالَ: «وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي» فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ: وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ؟ يَا زَيْدُ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ؟ قَالَ: نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ، وَلَكِنْ أَهْلُ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ،

Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah di hadapan kami pada suatu hari, beliau memuji Alloh, menasehati, dan setelah itu beliau bersabda : “Ketahuilah wahai sekalian manusia, aku hanyalah manusia biasa, hampir datang seorang utusan Robbku dan aku akan memenuhinya, aku tinggalkan kalian dua pedoman, yang pertama Kitabulloh, didalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambilah Kitabulloh itu, berpegang teguhlah. Lalu beliau melanjutkan : “Dan terhadap Ahli Baitku, aku ingatkan kalian kepada Alloh tentang Ahli Baitku”, beliau mengulang ucapannya sampai tiga kali”. Husain berkata : “Siapa ahli bait Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, wahai Zaid? Bukankah istri-istrinya termasuk ahli baitnya?” Zaid Rodhiyallohu ‘anhu menjawab : “Ya, istri-istri beliau termasuk Ahli Bait Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi ahli baitnya adalah orang-orang yang haram menerima shodaqoh setelahnya.”
( H.R. Muslim : 2408 )

Namun, terkait kemulyaan jika seseorang bernasab kepada Rosuululloh Muhammad SAW ada juga sebuah tadzkiroh langsung dari Rosuululloh yaitu sebagai berikut,

Dalam shohihain disebutkan hadits dari Abu Huroiroh RA, di mana ia berkata,

قَامَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ ) قَالَ « يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ – أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا – اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ ، لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا بَنِى عَبْدِ مَنَافٍ لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لاَ أُغْنِى عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِى مَا شِئْتِ مِنْ مَالِى لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا »

“Rosuululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berdiri ketika turun ayat, ” Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.”
( Q.S. Asy Syu’aroo : 214).
Lalu beliau berkata, “Wahai orang Quraisy -atau kalimat semacam itu-, selamatkanlah diri kalian sesungguhnya aku tidak dapat menolong kalian sedikit pun dari Alloh. Wahai Bani ‘Abdi Manaf, sesungguhnya aku tidak dapat menolong kalian sedikit pun dari Alloh. Wahai ‘Abbas bin ‘Abdul Muthollib, sesungguhnya aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari Alloh. Wahai Shofiyah bibi Rosululloh, sesungguhnya aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari Alloh. Wahai Fatimah puteri Muhammad, mintalah padaku apa yang engkau mau dari hartaku, sesungguhnya aku tidak dapat menolongmu sedikit pun dari Alloh.”
( H R. Bukhori no. 2753 dan Muslim no. 206 ).

Jika Fathimah saja puteri Nabi tidak bisa ditolong oleh ayahnya sendiri, bagaimanakah dengan keturunan di bawahnya, apalagi jika cuma pengakuan saja sebagai keturunannya.

عَنْ  أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ  عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ  مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًـا ، سَهَّـلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَـى الْـجَنَّةِ ، وَمَا اجْتَمَعَ قَـوْمٌ فِـي بَـيْتٍ مِنْ بُـيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ ، وَيَتَدَارَسُونَـهُ بَيْنَهُمْ ، إِلَّا نَـزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ ، وَغَشِـيَـتْـهُمُ الرَّحْـمَةُ ، وَحَفَّـتْـهُمُ الْـمَلاَئِكَةُ ، وَذَكَـرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ ، وَمَنْ بَطَّـأَ بِـهِ عَمَلُـهُ ، لَـمْ يُسْرِعْ بِـهِ نَـسَبُـهُ

Dari Abu Huroiroh Rodhiyallohu anhu , Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Alloh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Alloh ‘Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Alloh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Alloh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Alloh akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Alloh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Alloh menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisiNya. Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang tinggi-red), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya.”
( H.R. Muslim )

Nasab tak berguna tanpa amal yang benar.

HArta
Sudah lazim atau kebiasaan bagi manusia yaitu orang-orang yang memiliki harta lebih banyak daripada orang-orang di sekitarnya akan lebih dihargai atau diberikan RESPECT.
Rupanya tidak perlu diberi penjelasan panjang lebar lagi kalau urusan harta kekayaan terkait dengan RESPECT, karena memang inilah yang menjadi keinginan sebagian besar manusia di dunia untuk memilikinya karena biasanya karena harta inilah orang-orang akan memberikan RESPECT.

Namun perlu diingat firman Alloh SWT terkait harta yaitu salah satunya,

وَلَا تُخْزِنِى يَوْمَ يُبْعَثُونَ

” Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ

(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,

إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

Artinya: Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
( Q.S. Asy Syu’aroo : 87 – 89 )

Jabatan
Berikutnya adalah jabatan khususnya terkait kepemimpinan yang menjadi alasan RESPECT akan diberikan.

Apalagi terkait ini, ada penjelasan-penjelasan sebagai berikut,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rosul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.”
( Q.S. An Nisaa’ : 59)

Dalam ayat ini Allah menjadikan ketaatan kepada pemimpin pada urutan ketiga setelah ketaatan pada Alloh dan RosulNya. Namun, untuk pemimpin di sini tidaklah datang dengan lafazh perintah “taatilah” karena ketaatan kepada pemimpin merupakan ikutan (tâbi’) dari ketaatan kepada Alloh dan Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu, apabila seorang pemimpin memerintahkan untuk berbuat maksiat kepada Alloh, maka tidak ada lagi kewajiban mendengar dan taat kepada mereka.

Dalil-dalil ketaatan kepada pemimpin meskipun mereka zholim di dalam hadits:

عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ الْحَضْرَمِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَأَلَ سَلَمَةُ بْنُ يَزِيدَ الْجُعْفِيُّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ قَامَتْ عَلَيْنَا أُمَرَاءُ يَسْأَلُونَا حَقَّهُمْ وَيَمْنَعُونَا حَقَّنَا فَمَا تَأْمُرُنَا فَأَعْرَضَ عَنْهُ ثُمَّ سَأَلَهُ فَأَعْرَضَ عَنْهُ ثُمَّ سَأَلَهُ فِي الثَّانِيَةِ أَوْ فِي الثَّالِثَةِ فَجَذَبَهُ الْأَشْعَثُ بْنُ قَيْسٍ وَقَالَ اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا فَإِنَّمَا عَلَيْهِمْ مَا حُمِّلُوا وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ

“Abu Hunaidah (wail) bin Hudjur RA berkata: Salamah binti Yazid Al Ju’fi bertanya pada Rosuululloh shollallohu ‘alaihi wasallam: Yaa Rosuululloh, bagaimana jika terangkat di atas kami kepala-kepala yang hanya pandai menuntut haknya dan menahan hak kami, maka bagaimanakah anda memerintahkan pada kami ? Pada mulanya beliau mengabaikan pertanyaan itu, hingga beliau ditanya yang kedua kalinya atau ketiga kalinya, maka Rosuululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menarik Al Asy’ats bin Qois dan bersabda: Dengarlah dan taatlah kamu sekalian (pada mereka), maka sesungguhnya di atas mereka ada tanggung jawab/kewajiban atas mereka sendiri dan bagimu ada tanggung jawab tersendiri.”
( H.R. Muslim)

وَرَوَى هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: { سَيَلِيكُمْ بَعْدِي وُلَاةٌ فَيَلِيكُمْ الْبَرُّ بِبِرِّهِ ، وَيَلِيكُمْ الْفَاجِرُ بِفُجُورِهِ ، فَاسْمَعُوا لَهُمْ وَأَطِيعُوا فِي كُلِّ مَا وَافَقَ الْحَقَّ ، فَإِنْ أَحْسَنُوا فَلَكُمْ وَلَهُمْ ، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ

” Sepeninggalku nanti ada
pemimpin-pemimpin yang akan memimpin kalian, pemimpin yang baik akan memimpin dengan kebaikannya dan pemimpin yang fajir akan memimpin kalian dengan kefajirannya. Maka dengarlah dan taatilah mereka pada perkara-perkara yang sesuai dengan kebenaran saja. Apabila mereka berbuat baik maka kebaikannya adalah bagimu dan untuk mereka, jika mereka berbuat buruk maka bagimu (untuk tetap berbuat baik) dan bagi mereka (keburukan mereka).”
( H.R. Bukhori Muslim)

يَكُوْنُ بَعْدِيْ أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُوْنَ بِهُدَايَ وَلاَ يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِي وَسَيَقُوْمُ فِيْهِمْ رِجَالٌ قُلُوْبُهُمْ قُلُوْبُ الشَّيَاطِيْنِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ. (قَالَ حُذَيْفَةُ): كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: تَسْمَعُ وَتُطِيْعُ لِلْأَمِيْرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ

“Akan datang setelahku para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku, tidak menjalani sunnahku, dan akan berada pada mereka orang-orang yang hati mereka adalah hati-hati setan yang berada dalam jasad manusia.” (Hudzaifah berkata), “Wahai Rosuululloh, apa yang aku perbuat jika aku menemui mereka?” Beliau menjawab, “Engkau dengar dan engkau taati walaupun punggungmu dicambuk dan hartamu diambil.”
( H.R. Muslim)

Padahal sudah maklum kita ketahui, bahwa menyiksa atau memukul punggung seseorang dan mengambil harta tanpa ada sebab yang dibenarkan oleh syari’at–tanpa ragu lagi—termasuk maksiat. Seseorang tidak boleh mengatakan kepada pemimpinnya tersebut, “Saya tidak akan taat kepadamu sampai engkau menaati Robbmu.” Perkataan semacam ini adalah suatu yang terlarang. Bahkan seseorang wajib menaati mereka (pemimpin) walaupun mereka durhaka kepada Robbnya.

Adapun jika mereka memerintahkan kita untuk bermaksiat kepada Alloh, maka kita dilarang untuk mendengar dan menaati mereka. Karena Robb pemimpin kita dan Robb kita (rakyat) adalah satu yaitu Alloh Ta’ala oleh karena itu wajib taat kepada-Nya.

Apabila mereka memerintahkan kepada maksiat maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.

Rosuululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ

“Tidak ada kewajiban taat dalam rangka bermaksiat (kepada Alloh). Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (bukan maksiat).”
( H.R. Bukhori no. 7257 )

عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ، فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ

“Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.”
( H.R. Bukhori no. 7144 )

Dan ingat sabda Rosuululloh Muhammad SAW,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

” Setiap dari kalian adalah pemimpin dan tiap tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban.”
( H.R. Bukhori )

SEPAK TERJANG
Poin berikutnya adalah SEPAK TERJANG yang harus menjadi ukuran sebagai pertimbangan untuk memberikan RESPECT kepada siapapun manusianya.

SEPAK TERJANG yaitu SEmua Perbuatan, Aktifitas dan Kelakuan yang TElah dilakukan atau Rekam Jejak Aktualisasi diri yang menjadi ukuran Nilai atau Grade yang menentukan derajat kehormatan seseorang di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.

Apa saja parameter dari SEPAK TERJANG…???

Tentunya sekurang-kurangnya diukur dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

  • Bagaimana dia menjalankan konsekuensi keimanannya…??
  • Bagaimana dia berlaku sesuai dengan tingkat keilmuannya…???
  • Bagaimana amal-amal yang dilakukannya, sudah sesuai kah dengan syari’at Islam dan nilai-nilai kebaikan universal…???
  • Bagaimana akhlaq atau perilaku kesehariannya…???
  • Dan lain-lain sesuai dengan poin-poin sebelumnya yang disebutkan diatas.

Positif atau negatifkah nilai SEPAK TERJANGnya…???

Tentunya, jika ingin diberikan RESPECT haruslah bernilai positif atau membawa kemaslahatan bagi kita dan orang banyak.

DUkungannya terhadap perjuangan pembebasan PALestina
Inilah poin terakhir yang menjadi standar atau ukuran pertimbangan untuk memberikan RESPECT kepada siapapun manusianya.

Seperti yang pernah diungkapkan oleh Al Mujtahid Syaikh Yusuf Al Qorodhowi bahwa Palestina adalah pusat segala urusan bagi seorang Mu’min hingga Hari Kiamat maka seseorang yang peduli terhadap urusan Palestina adalah orang yang paham terhadap urutan prioritas amal yang harus dilakukan, orang yang paham prioritas amal artinya orang yang layak menjadi ikutan.

Apalagi bagi Muslim, Palestina memiliki arti yang sangat penting karena didalamnya berdiri Masjid Al Aqshoo yang seperti diwasiatkan oleh Rosuululloh Muhammad SAW adalah salah satu tempat suci yang harus dijaga kehormatannya hingga Hari Kiamat.

Berikut tentang pentingnya Palestina dan Masjid Al Aqshoo bagi ummat Islam,

Tentang Palestina

وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۖ

“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya…”
( Q.S. Al A’roof : 7 )

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

” Maha Suci (Alloh) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjid Al-Aqshoo yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
( Q.S. Al Isroo : 1 )

Penuh berkah Ibnu Abbas menyebutkan, yang dimaksud dengan ‘Kami berkahi sekelilingnya’ dalam surah Al-Isroo ayat 1 itu adalah bumi Palestina dan Urdun (Yordania). Abul Qosim As-Suhaily menyebutkan, bumi yang diberkahi tersebut adalah Syam yang meliputi Yordania, Suriah, Lebanon, dan Palestina.

Imam Asy-Syaukany menjelaskan bahwa negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya adalah negeri Syam (Yordania, Suriah Lebanon, Palestina) dan Mesir.

وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ

“Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.”
( Q.S. Al Ambiyaa : 71 )

وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ عَاصِفَةً تَجْرِي بِأَمْرِهِ إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۚ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عَالِمِينَ

“Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.”
( Q.S. Al Ambiyaa : 81 )

وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ ۖ سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آمِنِينَ

‘’Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkah kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman.’’ ( Q.S. Sabaa : 18).

Para ahli tafsir (Mufassirin) menjelaskan, yang dimaksud ‘ke negeri yang Kami telah memberkatinya’ yakni negeri Syam (Yordania, Syria, Lebanon, Palestina) daerah Kerajaan Nabi Sulaiman AS. Sedangkan maksud ‘beberapa negeri yang berdekatan’ (Adna al-Ardli) adalah daerah-daerah antara Syam dan Yaman.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Ibnu Umar, Rosululloh Muhammad SAW pernah berdoa untuk keberkahan negeri Syam (Yordania, Suriah, Libanon, Palestina) dan negeri Yaman. ‘’Ya Alloh, berikanlah keberkahan bagi kami, negeri Syam dan Yaman.’’

Thursina Menurut sebagian ulama, hal lain yang menyebabkan Palestina disebut sebagai negeri yang diberkahi, karena disinilah Alloh menyelamatkan Nabi Musa dari kejaran Firaun setelah menyeberangi Laut Merah, dan saat ia menerima wahyu dari Alloh SWT.

فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَىٰ إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Alloh, Tuhan semesta alam.”
( Q.S. Al Qoshosh : 30 )

يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَىٰ أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ

“Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.”
( Q.S. Al Maaidah : 21 )

Lembah suci itu, menurut Sami bin Abdulloh al- Maghluts, dalam bukunya Athlas Tarikh Al-Anbiyaa wa ar-Rusul, hanya ada dua, yaitu Makkah dan Palestina. Bahkan, ketika mengomentari surah At- Tiin : 1-3, para ulama banyak yang menyebutkan, sesungguhnya bukit Thursina, tempat Musa menerima wahyu, adalah di lembah suci yang ada di Palestina.

Tentang Masjid Al Aqshoo

Dari Abu Dzar Rodhiyallohu ‘anhu beliau berkata

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ أَوَّلَ قَالَ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَهُمَا قَالَ أَرْبَعُونَ ثُمَّ أَيْنَمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ بَعْدُ فَصَلِّهِ فَإِنَّ الْفَضْلَ فِيْهِ وَفِيْ رِوَايَةٍ أَيْنَمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ فَصَلِّ فَهُوَ مَسْجِدٌ

“Aku bertanya, “Wahai, Rosuuululloh. Masjid manakah yang pertama kali dibangun?” Beliau menjawab, ‘Masjidil Harom”. Aku bertanya lagi : Kemudian (masjid) mana?” Beliau menjawab, “Kemudian Masjidil Aqshoo”. Aku bertanya lagi : “Berapa jarak antara keduanya?” Beliau menjawab, “Empat puluh tahun. Kemudian dimanapun sholat menjumpaimu setelah itu, maka sholatlah, karena keutamaan ada padanya”. Dan dalam riwayat lainnya : “Dimanapun sholat menjumpaimu, maka sholatlah, karena ia adalah masjid.”
( H.R. Al-Bukhori dan Muslim, dari Abu Dzar )

Dari Abdulloh bin Amru bin Al-Ash, dari Rosuululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda.

أَنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ دَاوُدَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَنَى بَيْتَ الْمَقْدِسِ سَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خِلَالًا ثَلَاثَةً سَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حُكْمًا يُصَادِفُ حُكْمَهُ فَأُوتِيَهُ وَسَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ فَأُوتِيَهُ وَسَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حِينَ فَرَغَ مِنْ بِنَاءِ الْمَسْجِدِ أَنْ لَا يَأْتِيَهُ أَحَدٌ لَا يَنْهَزُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ فِيهِ أَنْ يُخْرِجَهُ مِنْ خَطِيئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (فِيْ رِوَايَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا اثْنَتَانِ فَقَدْ أُعْطِيَهُمَا وَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ قَدْ أُعْطِيَ الثَّالِثَةَ

“Sesungguhnya , ketika Sulaiman bin Dawud membangun Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukumNya, lalu dikabulkan ; dan meminta kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan ; serta memohon kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan sholat disitu, kecuali agar dikeluarkan dari kesalahannya, seperti hari kelahirannya” (Dalam riwayat lain berbunyi : Lalu Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata : “Adapun yang dua, maka telah diberikan. Dan saya berharap, yang ketigapun dikabulkan).”
( Hadits ini diriwayatkan An-Nasa’i, dan ini lafadz beliau, Ahmad dalam musnad-nya dengan lebih panjang lagi. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Haakim dalam kitab Mustadrak dan Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman, serta selain mereka )

Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata.

تَذَاكَرْنَا وَ نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهُمَا أَفْضَلُ أَمَسْجِدُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صلاَةٌ فِيْ مَسْجِدِيْ أَفْضَلُ أَرْبَعِ صَلَوَاتٍ فِيْهِ وَلَنِعْمَ الْمُصَلَّى هُوَ وَلَيُوْشَكَنَّ لأَنْ يَكُوْنَ لِلرَجُلِ مِثْلُ شَطْنِ فَرَسِهِ (وَفِيْ رِوَايَةٍ “مِثْلُ قَوْسِهِ”) مِنَ الأَرْضِ حَيْثُ يُرَى مِنْهُ بَيْتُ الْمَقْدِسِ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Kami saling bertukar pikiran tentang, mana yang lebih utama, masjid Rosuululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam atau Baitul Maqdis, sedangkan di sisi kami ada Rosuululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam. Lalu Rosuululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Satu sholat di masjidku lebih utama dari empat sholat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir-hampir tiba masanya, seseorang memiliki tanah seukuran kekang kudanya (dalam riwayat lain : seperti busurnya) dari tempat itu terlihat Baitul Maqdis lebih baik baginya dari dunia seisinya”
( H.R. Ibrohim bin Thahman dalam kitab Masyikhah Ibnu Thohman, Ath-Thobroni dalam kitab Mu’jamul Ausath, dan Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrok, Al-Hakim berkata, “Ini adalah hadits yang shahih sanadnya, dan Al-Bukhori dan Muslim tidak mengeluarkannya. Adz-Dzahabi sepakat dengan beliau )

Hadits ini termasuk bukti kenabian Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu berita bahwa seseorang berangan-angan memiliki tanah meskipun sedemikian sempit, asalkan dapat melihat dari dekat Baitul Maqdis dari tanahnya tersebut.

Dalam tahqiqnya terhadap kitab Masyikhah Ibnu Thohman Dr. Muhammad Thohir Malik berkata : Sangat disayangkan, kenyataan menunjukkan, bahwa kita berada di tengah upaya mewujudkan (yang disebutkan) dalam hadits ini, yang merupakan tanda kenabian. Juga konspirasi para musuh terhadap Masjidil Aqshoo dan Baitul Maqdis akan terus berlangsung dan semakin besar, serta semakin dahsyat, sampai pada derajat seorang muslim berangan-angan memiliki sedikit tempat disana untuk melihat Baitul Maqdis, yang menurutnya lebih daripada isi dunia seluruhnya. Tidak diragukan lagi setelah itu akan ada jalan keluar dan kemenangan, Insya Allah. Segala sesuatunya di tangan Alloh, dan Alloh berkuasa terhadap urusanNya, telapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.

Dari Abu Huroiroh Rodhiyallohu ‘anhu, beliau berkata.

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى

“Dari Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Tidak boleh bersusah-payah bepergian, kecuali ke tiga masjid, (yaitu) Masjidil Harom, Masjid Rosuululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam, dan Masjidil Aqshoo”
( H.R. Al-Bukhori dan Muslim )

Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُمْرَانُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ خَرَابُ يَثْرِبَ وَخَرَابُ يَثْرِبَ خُرُوجُ الْمَلْحَمَةِ وَخُرُوجُ الْمَلْحَمَةِ فَتْحُ قُسْطَنْطِينِيَّةَ وَفَتْحُ الْقُسْطَنْطِينِيَّةِ خُرُوجُ الدَّجَّالِ ثُمَّ ضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى فَخِذِ الَّذِي حَدَّثَهُ أَوْ مَنْكِبِهِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ هَذَا لَحَقٌّ كَمَا أَنَّكَ هَاهُنَا أَوْ كَمَا أَنَّكَ قَاعِدٌ يَعْنِي مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ

“Rosuululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pembangunan menyeluruh Baitul Maqdis adalah waktu kerusakan Madinah, dan kerusakan Madinah adalah waktu keluarnya Malhamah (perang), dan keluarnya Malhamah adalah waktu penaklukan Konstantinopel, dan penaklukan Konstantinopel adalah waktu (dekat) keluarnya Dajjal”, kemudian beliau memukul paha atau bahu orang yang diajak bicara dengan tangannya, seraya bersabda, “Ini sungguh sebuah kebenaran sebagaimana benarnya kamu disini, atau sebagaimana kamu duduk, yaitu Muadz bin Jabal”
( H.R.Ahmad, Abu Dawud, Ali bin Al-Ja’d, Abu Bakar bin Abu Syaibah dan lainnya )

Masjidil Aqshoo Tidak Dimasuki Dajjal
Dari Mujahid, beliau berkata :

كُنَّا سِتَّ سِنِينَ عَلَيْنَا جُنَادَةُ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ فَقَامَ فَخَطَبَنَا فَقَالَ أَتَيْنَا رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلْنَا عَلَيْهِ فَقُلْنَا حَدِّثْنَا مَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا تُحَدِّثْنَا مَا سَمِعْتَ مِنْ النَّاسِ فَشَدَّدْنَا عَلَيْهِ (وَفِيْ رِوَايَةٍ: وَلاَ تُجَدِّثْنَا عَنْ غَيْرِهِ وَ إِنْ كَاَنَ مُصَدَّقًا) فَقَالَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِينَا فَقَالَ أَنْذَرْتُكُمْ الْمَسِيحَ (وَفِيْ رِوَايَةٍ : أَنْذَرْتُكُمْ الدَّجَّالَ ثَلاَثًا) (فَإِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌ قَبْلِيْ إِلاَّ أَنْذَرَهُ أَمَّتَهُ وَ إِنَّهُ فِيْكُمْ أَيَّتُهَا الأُمَّة وَ إِنَّهُ جَعْدٌ آدَمٌ) وَهُوَ مَمْسُوحُ الْعَيْنِ (وَفِيْ رِوَايَةٍ : أَعْوَرُ عَيْنِهِ اليُسْرَى) قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ الْيُسْرَى يَسِيرُ مَعَهُ جِبَالُ الْخُبْزِ وَأَنْهَارُ الْمَاءِ (وَفِيْ رِوَايَةٍ: مَعَهُ جَنَّةٌ وَ نَارٌ فَنَارُهُ جَنَّةٌ وَ جَنَّتُهُ نَارٌ وَ إِنَّهُ يُمْطِرُ الْمَطَرَ وَلاَ يُنْبِتُ الشَّجَرَ وَ أَنَّهُ يُسَلَّطُ عَلَى نَفْسٍ فَيَقْتُلُوْنَ ثُمَّ يُحْيِيْهَا وَلاَ يُسَلَّطُ عَلَى غَيْرِهَا) عَلَامَتُهُ يَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ أَرْبَعِينَ صَبَاحًا يَبْلُغُ سُلْطَانُهُ كُلَّ مَنْهَلٍ لَا يَأْتِي أَرْبَعَةَ مَسَاجِدَ الْكَعْبَةَ وَمَسْجِدَ الرَّسُولِ وَالْمَسْجِدَ الْأَقْصَى وَالطُّورَ وَمَهْمَا كَانَ مِنْ ذَلِكَ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيْسَ بِأَعْوَرَ وَقَالَ ابْنُ عَوْنٍ وَأَحْسِبُهُ قَدْ قَالَ يُسَلَّطُ عَلَى رَجُلٍ فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيهِ وَلَا يُسَلَّطُ عَلَى غَيْرِهِ

“Kami dipimpin Junadah bin Abi Umayyah selama enam tahun; beliau bangkit dan berkhutbah, lalu berkata: Kami pernah mendatangi seorang sahabat Rosuululloh dari Anshar . Kami menemuinya dan berkata: “Sampaikanlah kepada kami apa yang pernah engkau dengar dari Rosuululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam dan jangan sampaikan apa yang engkau dengar dari orang-orang,” lalu kami memaksanya untuk itu. (Dalam riwayat lainnya: dan jangan sampaikan kepada kami dari selain beliau, walaupun benar). Maka ia pun berkata: “Rosuululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam berdiri dan berkata :’Aku peringatkan kalian dari al Masih (Dalam riwayat lain: Aku peringatkan kalian dari Dajjal, sebanyak tiga kali), (karena tidak ada seorang nabipun sebelumku, kecuali memperingatkan umatnya dari Dajjal, dan Dajjal itu muncul pada kalian, wahai umatku. Dia itu berambut keriting), matanya buta sebelah (Dalam riwayat lain: buta sebelah kirinya)’. Ia berkata : ‘Saya yakin beliau Shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata sebelah kiri. Berjalan bersamanya bukit roti dan sungai air (Dalam riwayat lain: Bersamanya surga dan neraka. Neraka dia adalah surga, dan surga dia adalah neraka. Ia dapat menurunkan hujan dan tidak bisa menumbuhkan pohon. Dia diberi kekuasaan atas satu jiwa, lalu membunuhnya dan menghidupkannya, dan tidak diberi kekuasaan pada selainnya). Tanda-tandanya : Dia tinggal di bumi ini selama empat puluh hari, kekuasaannya mencapai semua tempat, namun ia tidak dapat mendatangi empat masjid, Masjid Ka’bah, Masjid Rosuululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam, Masjid al Aqshoo dan Masjid ath Thuur. Walaupun demikian, namun ketahuilah, sesungguhnya Alloh tidak buta sebelah’. Ibnu ‘Aun berkata : Saya yakin beliau telah berkata : “Dan ia (Dajjal) diberi kekuasaan atas satu jiwa lalu membunuhnya dan menghidupkannya, dan tidak diberi kekuasaan pada selainnya’.”
[ H.R. Ahmad dalam Musnad-nya dan sanadnya shohih atas syarat Syaikhan ( Al Bukhori dan Muslim)]

Dan kita semua menjadi saksi hari ini Palestina dan Masjid Al Aqshoo sedang berada didalam penjajahan Zionis Israel yang luar biasa kejam dan sadis.
Menjadi kewajiban bagi kita semua yang mengaku sebagai Ummat Rosuululloh Muhammad SAW untuk turut memberikan pembelaan dengan apapun kemampuan dan potensi yang kita miliki.

Dan pembelaan terhadap Palestina ini menjadi tolok ukur bagi kita menilai seseorang untuk diberikan RESPECT karena dengan pembelaannya terhadap Palestina sekurang-kurangnya menunjukkan dirinya sebagai :

Muslim, karena itulah yang seharusnya dilakukan jika ingin diakui sebagai Ummat Rosuululloh Muhammad SAW yang nanti akan mendapatkan syafa’atnya.

Warga Negara Republik Indonesia, karena konstitusi NKRI pun mengharuskan bagi setiap warga negaranya untuk turut membela siapapun yang dijajah.

Manusia, karena cukup menjadi manusia untuk menunjukkan pembelaan terhadap Palestina.

Jika ada seseorang yang menunjukkan pembelaannya terhadap Palestina maka layak untuk diberikan RESPECT, sebaliknya jika tidak demikian maka tidak layak untuknya diberikan RESPECT siapapun dia dan apapun kapasitasnya di tengah kehidupan dunia.

Sahabat, itulah poin-poin seleksi bagi kita untuk seseorang yang kita berikan RESPECT, agar tidak salah karena jika salah akan berakibat keburukan bagi kehidupan kita di dunia dan akhirat

Semoga bermanfaat.

( dari berbagai sumber )

“PROF.AKRONIM” Dadan AHMAD Sundayana, IPhMA

Komentar